Tanah longsor merupakan bencana yang sering memakan korban jiwa hingga ratusan orang. Beberapa disebabkan oleh kelalaian manusia seperti misalnya tanah longsor di areal pertambangan liar dan yang paling terkenal 2009 lalu adalah tragedi Situ Gintung, tanah longsor akibat jebolnya tanggul Situ Gintung yang memakan korban jiwa hingga puluhan orang. Sungguh peristiwa yang tidak diinginkan oleh kita, namun mau bagaimana lagi, bila alam sudah marah maka apapun dapat terjadi sesuai kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Bencana alam kembali terjadi di Indonesia serta menelan korban jiwa. Tanggul Situ Gintung pada Jumat (27/03) tepatnya pukul 04.15 wib jebol. Selain merenggut nyawa manusia, musibah juga merusak pemukiman, kendaraan warga, jalan, jembatan, serta fasilitas umum lain. Hingga kini, tim SAR, TNI, POLRI, serta relawan masih melakukan pencarian di sepanjang sungai yang disinyalir membawa para korban musibah Situ Gintung. Tak lama berselang, banjir bandang disertai tanah longsor di kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat makin menambah duka ibu pertiwi.
Musibah Tanah Datar yang terjadi pada Senin subuh (30/03) memang tak merenggut nyawa manusia, namun para korban kehilangan sandang, papan, pangan mereka.
Korban Situ Gunting yang selamat menjelaskan bahwa musibah terjadi begitu cepat. Air bah amat deras hingga menghanyutkan rumah serta sanak saudara mereka dalam hitungan detik. Bencana alam tentu menjadi fenomena yang menyeramkan. Tak sedikit dari korban yang selamat berada dalam kondisi psikis yang mengkhawatirkan. Mereka menjadi histeris ketika tragedi itu kembali muncul dalam ingatan. Di tempat pengungsian terlihat masih banyak warga terus-terusan menangis, ketakutan, bahkan tak bisa diajak bicara pasca bencana alam. Mengingat, banyak dari korban Situ Gintung yang kehilangan sanak saudara yang dicintai. Mereka bingung akan nasib mereka ke depan. Rumah, harta benda, serta surat-surat berharga telah raib. Nasib mereka kini cocok dengan peribahasa ”Sudah jatuh, tertimpa tangga”. Gairah hidup pun sudah tak ada lagi dalam raga.
Melihat fenomena tersebut, bantuan psikologis sudah sepatutnya juga menjadi prioritas bagi para korban selain pemberian bantuan medis. Warga Situ Gintung maupun Tanah Datar bisa mengalami gangguan psikis berat apabila dibiarkan terus larut dalam kondisinya. Apalagi kondisi psikis juga berkaitan erat dengan kondisi fisik. Mereka yang kehilangan gairah hidup senang berdiam diri di kamar. Lantas, mereka menjadi tak berminat untuk makan maupun mandi sehingga fisiknya terkena penyakit kulit serta menjadi lemah. Stres yang berkepanjangan dapat menimbulkan perilaku abnormal seperti trauma disebut gangguan Stres Post Traumatik (PTSD). Menurut penelitian, perempuan lebih banyak mengalami PTSD ketimbang laki-laki. Mereka merasa terancam, ketakutan dan histeris saat mendengar suara keras. Suara keras tersebut disamaartikan olehnya dengan suara air bah, tanah longsor, maupun bangunan rumah yang runtuh. Selain itu, gangguan ini dapat ditunjukkan dengan penderita yang mudah marah atau meledak-ledak, susah tidur, susah berkonsentrasi, waspada yang berlebihan, serta merespon kejutan dengan berlebihan.
Korban Situ Gunting yang selamat menjelaskan bahwa musibah terjadi begitu cepat. Air bah amat deras hingga menghanyutkan rumah serta sanak saudara mereka dalam hitungan detik. Bencana alam tentu menjadi fenomena yang menyeramkan. Tak sedikit dari korban yang selamat berada dalam kondisi psikis yang mengkhawatirkan. Mereka menjadi histeris ketika tragedi itu kembali muncul dalam ingatan. Di tempat pengungsian terlihat masih banyak warga terus-terusan menangis, ketakutan, bahkan tak bisa diajak bicara pasca bencana alam. Mengingat, banyak dari korban Situ Gintung yang kehilangan sanak saudara yang dicintai. Mereka bingung akan nasib mereka ke depan. Rumah, harta benda, serta surat-surat berharga telah raib. Nasib mereka kini cocok dengan peribahasa ”Sudah jatuh, tertimpa tangga”. Gairah hidup pun sudah tak ada lagi dalam raga.
Melihat fenomena tersebut, bantuan psikologis sudah sepatutnya juga menjadi prioritas bagi para korban selain pemberian bantuan medis. Warga Situ Gintung maupun Tanah Datar bisa mengalami gangguan psikis berat apabila dibiarkan terus larut dalam kondisinya. Apalagi kondisi psikis juga berkaitan erat dengan kondisi fisik. Mereka yang kehilangan gairah hidup senang berdiam diri di kamar. Lantas, mereka menjadi tak berminat untuk makan maupun mandi sehingga fisiknya terkena penyakit kulit serta menjadi lemah. Stres yang berkepanjangan dapat menimbulkan perilaku abnormal seperti trauma disebut gangguan Stres Post Traumatik (PTSD). Menurut penelitian, perempuan lebih banyak mengalami PTSD ketimbang laki-laki. Mereka merasa terancam, ketakutan dan histeris saat mendengar suara keras. Suara keras tersebut disamaartikan olehnya dengan suara air bah, tanah longsor, maupun bangunan rumah yang runtuh. Selain itu, gangguan ini dapat ditunjukkan dengan penderita yang mudah marah atau meledak-ledak, susah tidur, susah berkonsentrasi, waspada yang berlebihan, serta merespon kejutan dengan berlebihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
give your coment for progress us and thanks for your atention..!