Senin, 11 Juni 2012
PT. AQUA
Sejarah
PT. Aqua Golden Mississippi ( AGM ) didirikan oleh Tirto Utomo tahun 1973, padahal sebelumnya Tirto Utomo juga bekerja di Pertamina. Tetapi untuk fokus pada bisnisnya, lulusan Fakultas Hukum UI ini melepaskan pekerjaannya di Pertamina, dimana perusahaan ini bergerak dibidang penjualan air minum kemasan dalam botol.
Awalnya orang sinis dengan ide Tirto Utomo untuk menjual air minum kemasan botol yang harga per botol awalnya sama dengan harga 1 liter bensin Premium. Namun Tirto Utomo yakin, pada masa yang akan datang Indonesia akan kekurangan air bersih yang siap untuk diminum, sehingga idenya ini terus dia lanjutkan dan tidak memikirkan komentar sinis orang. Pada awalnya market AGM adalah orang-orang asing yang ada di Indonesia, karena mereka yakin air kemasan lebih steril dan aman daripada air tanah dan air PDAM. Dengan mendirikan pabrik air minuman dengan mesin yang canggih di Bekasi, sehingga orang asing lebih percaya dengan minuman air kemasan ini.
Pada tahun 1985, diperkenalkan air minum kemasan kecil ukuran 200 ml, yang memungkinkan orang dapat minum air bersih dengan harga yang tidak terlalu mahal. Pada tahun 1987, Aqua menggunakan kemasan dari Polyethylene Terephthalate ( PET ) yang jauh lebih unggul dari PVC. Hal ini merupakan hal yang membuat Aqua lebih terkenal dan unggul daripada perusahaan atau supplier air minum botol di Amerika dan Eropa. Pada tahun 1990, penjualan dengan kemasan melonjak menjadi 1,130 juta liter, sehingga pada saat itu Aqua menguasai pasar di Indonesia.
Kunci sukses dalam bisnis air mineral ini adalah :
• Distribusi yang efektif.
• Periklanan yang diferentiate untuk mengembangkan merek atau brand yang dikenal dan diminati oleh konsumen ( brand loyality ).
Aqua berasal dari bahasa Latin yang artinya air, dimana pada awalnya di jual untuk orang asing, tetapi kemudian Tirto Utomo melihat pasar masyarakat Indonesia juga memiliki potensi, sehingga dia menjual air kemasan botol ukuran kecil dan ditempatkan di terminal-terminal bus di Jakarta dan sekitarnya, serta sepanjang jalan pantura Jawa Tengah. Hal ini ternyata sukses, membuat Aqua diminati oleh para supir-supir bus dan penumpang, serta masyarakat lainnya. Hal ini menunjukkan, bahwa masyarakat Indonesia sangat membutuhkan air mineral botol yang bersih.
Strategi Pemasaran
• Dengan slogan awal bersih, bening dan bebas bakteri dan tahun 1979, Tirto Utomo mengubah slogan menjadi air sehat setiap saat dan mendongkrak penjualan menjadi 13 juta liter pada tahun 1983.
• Menggunakan semua media untuk iklan, seperti bus,taksi, televisi, radio, surat kabar dan majalah dan juga aktif dalam mensponsori kegiatan baik itu berhubungan dengan olah raga atau tidak.
• Service atau pelayanan adalah hal yang sangat penting dalam bisnis air minum, sehingga pelayanan seluruh Indonesia dilakukan oleh perusahaan-perusahaan distribusi Aqua dengan nama PT. Wirabuana Intrent, sehingga pelayanan dapat dilakukan di seluruh Indonesia.
• Untuk mengurangi biaya produksi dan mempermudah jaringan pemasaran dibangun pabrik yang ada di Menado dan Medan yang di lisensikan sesuai spesifikasi Aqua. Kemudian didirikan pabrik kecil di Brunei Darusalam dengan menggunakan nama/merek SEHAT. Dan renacananya akan didirikan pabrik yang lain di Filipina dan Vietnam.
Produksi dan Distribusi
Sumber Aqua adalah air pegunungan, sehingga pabriknya didirikan di dekat atau kaki bukit gunung, karena air gunung menghasilkan air yang jernih dan bersih, kemudian diolah kembali oleh pabrik agar dapat lebih sterilisasi.
Untuk pengontrolan mutu produksi, AGM memiliki laboratorium yang modern dan memiliki staf peneliti yang terdiri dari ahli mikrobiologi, kimia dan fisika. Aqua telah diterima oleh WHO dan terdaftar di U.S Food and Drug Administration, Environmental Protection Agency dan International Bottled Water Organization.
Persaingan
Keunggulan kompetitif Aqua adalah dengan sistem distribusi, strategi pemasaran dan packaging yang baik membuat Aqua menjadi leader dalam industri ini, sehingga Aqua menerapkan harga yang premium 10 % s/d 20 % diatas harga saingannya.
Aqua juga membuat musuh-musuh mayanya dengan mendirikan dan memproduksi air mineral VIT dari lisensi Vittel of France. Hal ini merupakan strategi bayangan untuk membantu Aqua mengalahkan saingannya, sehingga dibuat saingan buatan sendiri.
Beberapa pesaing utama Aqua adalah :
• PT. Parmargha dengan Ades.
• PT. Santa Rosa dengan Oasis.
• PT. Sinar Sosro dengan Air Sosro.
• PT. Coca Cola Amatil Indonesia dengan Bonaqa.
• PT. ABC Central Food dengan Pure ABC.
• dll.
Kesuksesan Aqua, menarik beberapa perusahaan lain untuk membuat nama di air mineralnya dengan nama Aqua. Bahkan jika kita berniat membeli air mineral kemasan botol, selalu menyebut dengan mau membeli Aqua, padahal yang diberikan kadangkala bukan merek Aqua, tetapi itulah sudah menjadi brand image yang baik di amta masyarakat konsumen.
Organisasi
AGM dikontrol oleh perusahaan induk dan hampir seluruh kegiatan di kendalikan oleh perusahaan induk, baik itu produksi dan distribusinya. Total Quality Control ( TQC ) diimplementasikan di seluruh organisasi, setiap unit memiliki Group Quality Control Informal ( GQCI ) untuk meningkatkan kualitas.
Kesimpulan
Dari hal diatas, saya dapat mengambil suatu kesimpulan :
• AGM fokus pada perusahaan yang memperoduksi air mineral kemasan dan botol.
• Awalnya adalah perusahaan keluarga dan sekarang telah dikelola secara profesional dan telah go public pada tahun 1990.
• Didirikan oleh Tirto Utomo pada tahun 1973 dengan pabrik awal di Bekasi dan berdiri pada tahun 1974.
• Mengakuisisi VIT pada tahun 1987, untuk membuat pesaing bayangan.
• Pada 16 Maret 1994, sang pendiri yaitu Tirto Utomo meninggal dunia secara mendadak dan kelanjutan perusahaan diambil alih oleh anak-anaknya.
• Penjualan mencapai 2.5 juta liter pada tahun 1980
• Perusahaan keluarga relatif kecil dengan tiga lapis manajemen : pelaksana (delapan pimpinan), manajerial (23 manajer) dan pengawasan (80 pengawas dan petugas lapangan). Total Quality Control (TQC) telah ditrapkan pada seluruh organisasi. Setiap unitada satu Satu Komite Kelompok Pengawasan Mutu tidak resmi (GQC) untuk menyempurnakan operasi.
• Di tahun 1990 PT. AQUA Golden Mississippi telah membuat Initial Public Offering IPO sebanyak satu juta lembar saham, senilai sekitar 17% total saham. Dengan nilai par 1000 rupiah per saham telah ditawarkan pada harga awal Rp. 7.500,- per saham. Tirto menahan kepemilikan sekitar 42% saham sedang PT. Wirabuana Intrent, distributor tunggal AQUA di Indonesia, memegang sisa 42%. Ada kegiatan spekulasi yang meningkat dalam pasar saham AQUA selama enam bulan yang pertama semenjak ditawarkan , mencapai ketinggian Rp. 15.000,- pada bulan July 1990. Pada paruh 1992, saham AQUA mapan di Rp. 8.300,- dan sangat jarang diperdagangkan, membuat AQUA digunjingkan sebagai saham yang paling tidak aktif di bursa efek Jakarta. Setahun kemudian saham-saham AQUA telah jatuh menjadi Rp. 4.500,-.
• Tahun 1997, akibat terjadinya krisis moneter, PT Aqua mencatat pertumbuhan dibawah 30%. Hal itu disebabkan perusahaan hanya menghasilkan laba bersih sebesar Rp 7.8 milyar atau turun sebesar 25% dibandingkan dengan tahun 1996. Selain itu, pendapatan perusahaan juga turun sebesar 23% dari Rp 220.8 milyar menjadi Rp 179.4 milyar di tahun 1996 (Financial Highlight Aqua, 1997).
• tahun 2006 lalu meraup laba sebesar Rp 170,9 miliar atau naik 183 persen dari tahun sebelumnya yang meraih laba sekitar Rp 93,53 miliar. Padahal, pada tahun 2006 lalu, harga berbagai jenis makanan dan minuman yang diproduksi perusahaan ini sebagian besar tidak naik.
Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 :
1. Impor barang-barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh.
Pengecualian tersebut, harus dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk :
o yang dilakukan ke dalam Kawasan Berikat dan Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor (EPTE);
o sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 PP Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pembebanan atas Impor sebagaimana diubah dan ditambah terakhir dengan PP Nomor 26 tahun 1988 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1973;
o berupa kiriman hadiah;
o untuk tujuan keilmuan.
3. Pembayaran atas penyerahan barang yang dibebankan kepada belanja negara/daerah yang meliputi jumlah kurang dari Rp 500.000,00 (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah).
4. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, benda-benda pos, dan telepon.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
give your coment for progress us and thanks for your atention..!